Desa Purwawinangun

.Kira-kira 3 km di sebelah utara Perguruan Agama Islam Puser Bumi Setana Gunung Jati terdapat Pasar celancang yang Penjual dan Pembelinya dari dulu hingga sekarang adalah orang yang sekitar pasar dan tetangga Kecamatan Kecamatan Gunungjati, Kapetakan, Plered, Jamblang dan Panguragan.

Nama Celancang itu dari asal kata Nyancang, perahu-perahu di Pelabuhan Bengawan yang kemudian disebut Bengawan Celancang. Singkat cerita termasuk pasarnya disebut Pasar Celancang. Hal tersebut diperkuat dengan peristiwa datangnya Pasukan Laksamana Cheng Hwa dengan membawa + 27.800 prajurit dan + 100 lebih kapal berlabuh untuk sesuatu keperluan yaitu sekitar Tahun 1720 Masehi. (pangeran Arya Carbon, 1720 M., Purwaka Caruban Nagari).

Disaat itu sejak bandar pelabuhannya adalah Ratu Singapura sebagai Mangkubumi Kerajaan Sunda bernama Ki Ageng Jumajan Jati / Ki Ageng Tapa. Dengan demikian kawasan Pelabuhan adalah merupakan kawasan baru yang penduduknya kebanyakan Pendatang, sehingga kewilayahannya juga tergolong Daerah Transit.

Sekitar antara Tahun 1920 – 1940 lengkap sebuah cerita bahwa kawasan Pelabuhan ini masih terbagi 3 Desa, yaitu Desa Kecitran Kuwunya Hamzah, Desa Muara Kuwunya Siwan dan Kuwu Carman dan Desa Pabean Kuwunya Kuwu Punuk dan Kuwu Satu. Dengan lajunya perkembangan jaman maka dari ketiga Desa tersebut terjadi penggabungan yaitu dari Ketiga Desa tersebut menjadi satu yaitu Desa Purwawinangun.

Kata Purwawinangun berasal dari kata “Purwa” artinya Kawitan dan “Winangun” artinya membangun. Pertama membangun Desa di tiga desa sebelumnya adalah Desa Purwawinangun.

Para Kuwu dijaman 3 Desa tersebut yaitu Kuwu Hamzah, Kuwu Punuk, Kuwu Satu, Kuwu Siwan dan Kuwu Carman. Setelah itu penggabungannya dengan Nama Desa Purwawinangun. Yaitu: